BLANTERVIO103

SKENARIO INDAH DALAM HIDUPKU

SKENARIO INDAH DALAM HIDUPKU
Jumat, 18 Maret 2022
    Namaku sebenarnya adalah Dian Eka Amelya. Di sekolah tempatku mengajar, Aku dipanggil Ustadzah Amel, di rumah, Aku dipanggil Dian atau Eka heheh, bahkan guru SMA ku dulu pernah berkata, kalo nama saya bisa dipakai oleh 3 orang , hmmm, kupikir-pikir, ada benarnya juga ya..heheh. Tapi, kembali lagi, nama ini adalah pemberian kedua orang tuaku. Setiap orang tua memberikan nama yang terbaik untuk anak-anaknya termasuk Aku. Pernah, dulu, saking penasarannya, ingin tahu arti dari namaku ini, kutanyakan kepada papahku, 

"Pah, arti nama Eka apa sih?'' . 
Lalu beliau menjawab, "Dian itu artinya lampu, Eka itu artinya satu, dan Amelya itu sebenarnya diambil dari kata amaliyah yang artinya amalan, hanya saja, karena Aku lahir di bulan Mei, maka kata amaliyahnya, diganti dengan Amelya, yang artinya amalan atau sedekah." 

    Kalo disimpulkan, arti dari nama panjangku, menurut papahku adalah satu amalan yang membawa penerangan. Hmmm, bagus juga ya. Apapun itu Aku bersyukur masih punya nama yang diberikan oleh kedua orang tuaku. Itu sekilas tentang namaku ya heheh.

     Aku adalah anak ketiga dari 4 bersaudara. Kami, 3 perempuan dan 1 laki-laki. Mamaku adalah seorang pensiunan pegawai PT. Telkom Jakarta, sedangkan papaku adalah seorang pelaut, jika pulang hanya 3 tahun sekali, paling cepat 1 tahun sekali. Berkumpul dengan kamipun hanya 3 bulan, setelah itu kembali lagi berlayar. Karena papaku seorang pelaut, Aku tidak begitu dekat dengan papaku. Hanya 3 saudaraku yang dekat dengan papaku. Aku lebih dekat ke mamaku. Papaku termasuk papa yang baik menurutku, dia lebih banyak kelonggarannya untuk kami anak-anaknya dibanding dengan mamaku yang cukup streng (istilah lainnya ketat) dengan kami anak-anaknya. 

    Sebenarnya ada panggilan sayang papa untukku, yaitu kakak, terkadang bingung, kenapa Aku dipanggil kakak? kenapa bukan kakak pertamaku saja yang dipanggil kakak oleh papaku? Pertanyaan itu belum sempat kusampaikan ke papaku sampai akhirnya beliau dipanggil Allah sekitar 19 tahun yang lalu. Beliau mengidap penyakit hepatitis C, yang menurut dokter sudah fifty fifty beliau bisa bertahan hidup. 

     Mamaku sejak masih gadis sudah menjadi karyawan PT. Telkom. Mamaku bukan lulusan S1 seperti saya, tapi hanya lulus SMA, hanya saja mungkin sudah ketentuan Allah dengan memberikan kemudahan pada mamaku mendapatkan pekerjaan. Beda dengan zaman sekarang. Untuk mendapatkan pekerjaan cukup sulit, bahkan banyak sekarang lulus sarjana mereka mengganggur, semoga anak-anakku kelak nanti mereka mendapatkan kemudahan dari Allah SWT untuk mendapatkan pekerjaan yang terbaik aamiin. Mamaku adalah ibu yang baik, penyayang, tegas, dan ketat dengan aturan dengan segala doktrin-doktrinya mungkin ya heheh,, jadi,, kami, anak-anaknya harus menuruti semua aturannya. 

    Sejak kecil, kami diajarkan untuk selalu bangun pagi, bekerja sama membersihkan rumah, itu terbukti dengan pembagian tugas untuk kami di rumah, seperti, tugas mencuci baju dilakukan oleh kakak perempuanku yang pertama, sedangkan aku, ditugaskan untuk pergi ke pasar dan memasak, abangku yang bersih-bersih rumah. Adikku, karena dia masih kecil, tidak ditugaskan apapun oleh mamaku. Sebelum berangkat sekolah, sejak SMP itu saya selalu bangun pagi dan pergi ke pasar, setelah itu memasak makanan. Kebetulan waktu SMP, Aku sekolahnya siang hari. Jadi, bisa bantu-bantu mama dulu di rumah. Hal ini menjadikan kami anak-anaknya termasuk anak yang mandiri, alhamdulillah.

    Kembali lagi ke nama panjangku yaaa.. Loh? Apa hubungannya? Begini, aku terkadang tidak suka dengan nama tengahku Eka. Mengapa? Karena menurutku, Eka itu biasanya hanya diberikan untuk anak pertama, bukan untuk anak ketiga. Nama Eka itu menjadi beban untukku karena apa-apa Aku yang dijadikan contoh oleh ibuku. Alhamdulillah ketika SD (maaf, bukannya bermaksud sombong yaa heheh) Aku termasuk anak yang selalu dapat beasiswa, dari mulai kelas 1 sampai kelas 6, lanjut di SMP Aku mendapatkan SMP Negeri favorit dan SMA favorit (saat itu mendapatkan sekolah negeri menjadi kebanggaan bagi orang tua manapun), dan alhamdulillah Aku pun mendapatkan (dulu disebut PMDK) jalur khusus ke Universitas Diponegoro jurusan kedokteran ( tapi sayangnya tidak tercapai, karena ibuku menginginkanku menjadi guru dan alasan lainnya adalah tidak ada sanak saudara di Semarang). 

    Menurut Ibuku, Aku termasuk anak yang penurut, baik, tidak pernah bantah. Jarang main di luar, terkadang teman-temanku yang sering main di rumahku. Setiap pembagian rapot, Aku selalu mendapatkan hadiah berupa uang jajan yang banyak dari mamaku, karena mamaku selalu memberikan harga setiap angka nilai yang tertera di rapot kami. Misalnya nilai 9 dihargai 2000 ( dulu besar sekali), nilai 8 dihargai 1500, nilai 7 dihargai 1000, nilai 6 dihargai 500, nilai 5 dihargai 200 rupiah. Alhamdulillah di rapotku selalu banyak nilai 9 dibanding nilai 7, karena nilai terkecil dirapotku itu adalah 8. Kebayangkan dapat berapa? Untuk ukuran seusia SD itu udah seneng banget. Uangnya selalu kutabung untuk membeli keperluan sekolah sendiri. Hal-hal seperti inilah yang membuat saudara-saudaraku membenciku, tidak menyukaiku, bahkan Aku dikucilkan oleh mereka. Mereka main bersama sedangkan Aku di rumah saja. Kadang mereka berbuat salah, mamaku selalu membandingkan dengan Aku. Padahal... sebenarnya dalam hatiku sedih, kesel, berat dan lain-lain. Namanya manusia tidak ada yang sempurna. Jika Aku mendapat nilai kurang, serasa ada beban di hati, takut mengecewakan mama. Apalagi ditambah dengan mama yang suka membanding-bandingkan Aku dengan kakak dan adikku,otomatis mereka malah tak suka kepadaku, mereka pasti bilang,"Lain dech,, Eka mah anak kesayangan mama", duuh kalo dah dengar itu,, semakin ga suka Aku dengan nama Eka di tengah nama lengkapku. Makanya terkadang, ketika ada yang tanya (duluuu heheh) Aku selalu jawab nama lengkapku Dian Amelya, tanpa nama Eka di tengahnya. Lucu yaaa.. segitunya, hehehe.

     Sejak kecil Aku bercita-cita menjadi dokter, tapi belum pernah sekalipun mama menanyakan kepada kami anak-anaknya, apa cita-cita kami? Dan Aku pun tak pernah bertanya apa keinginan mama terhadapku. Ketika lulus dari SMA dan alhamdulillah Aku masuk PMDK Kedokteran Universitas Diponegoro, ternyata,, mama tak mau Aku jadi dokter. Kenapa ga milih masuk IKIP aja (waktu itu namaya IKIP yang sekarang berubah jadi UNJ), karena alasan mama waktu itu, kuliah kedokteran itu mahal, apalagi harus kos, sedangkan Aku tidak punya sanak saudara disana. Aku tetap bersikeras mau masuk ke UNDIP, akhirnya mama menyerah dan mencoba menghubungi pihak UNDIP apakah namaku masih tertera di sana. Karena ada batas waktu , jika siswa yang lulus di UNDIP melalui jalur PMDK tidak segera melapor, maka akan diberikan ke siswa yang cadangan. Qodarullah, namaku sudah diberikan ke yang cadangan. Akhirnya, lepaslah semua mimpiku menjadi dokter.

     Aku ngambek tidak mau kuliah dimanapun, ga mau kerja juga meskipun belajar bahasa Inggris di LIA pun masih aku jalani, karena saat itu hanya bahasa Inggrislah yang mampu melupakan kekecewaanku dengan tidak masuknya aku di UNDIP. Selebihnya, aku nganggur  aja tidak ada kegiatan lain setelah pulang les bahasa Inggris di LIA. Mama yang tidak suka lihat anaknya nganggur berusaha mendaftarkan ke berbagai universitas swasta  yang masih buka seperti STAIN, sekolah pemerintahan, semua tidak lulus. Mungkin karena otakku udah ikutan ngambek juga ya,,jadinya,, semua tes perguruan tinggi ga nyangkut wkwkwk. 

Tiba-tiba kakakku bilang, "Kenapa ga coba STMT (Sekolah Tinggi Manajemen Transportasi )Trisakti aja ka? Elo kan suka bahasa Inggris. Disana bisa milih mau udara, darat, atau laut." 

Karena Aku memang suka bahasa Inggris, akhirnya Aku coba juga ikut tes di Trisakti. Daaaaannn.. Aku lulus. Sudah dech kujalani juga saran kakakku, Aku mengambil D3 jurusan manajemen trasnportasi udara. 

    Kuliah semester 2 Aku mendapat tawaran kerja di PT.Telkom Jakarta sebagai operator 108, yang kerjanya shift. Shiftnya pagi, siang, dan malam. Alhamdulillah, selama kuliah dan kerja, Aku diberikan kemudahan oleh Allah SWT. Sudah lupa dengan cita-citaku yang ingin menjadi dokter. Kupikir yaa sudah, mungkin bukan rejekiku untuk menjadi dokter. Rejeki di STMT Trisakti dan bekerja di PT.Telkom. Kerja dan kuliah kujalani dengan lancar dan mudah. Lulus kuliah tahun 1997. Usia 24 tahun tepatnya pada tahun 2000 ku dilamar seseorang yang sebenarnya adalah teman kerjaku. Hanya saja dia keluar dari PT.Telkom dan bekerja di sebuah bank. Ketika mengandung anak kedua, suami mengajakku untuk pindah dari Tanjung Barat (Jakarta Selatan) ke Bekasi. Alhamdulillah, suami  membeli rumah dengan mencicil di daerah Tambun Bekasi , rumah yang sekarang masih saya tempati. Kami pindah ke Tambun sejak tahun 2004.

     Tahun 2005 saya mencoba membelok dari cita-citaku, mencoba menjadi guru bahasa Inggris di NEC (tempat kursus yang ada di puri cendana) dan mamaku yang mendengarpun ikut senang, karena memang mamaku maunya Aku menjadi guru. Pelan-pelan ku mencintai profesiku sebagai guru bahasa Inggris. Yang awalnya takut dan grogi apalagi harus melancarkan kemampuan bahasa Inggrisku yang selama ini pasif. Selama 4 tahun mengajar di NEC, memasuki tahun ke 4 saya mencoba melamar di SDIT Mutiara Hati tahun 2009, dan alhamdulillah diterima sampai hari ini, jenjang karirku alhamdulillah mengalami kemajuan, dari menjadi walas, guru bidang study dan sekarang wakasek kurikulum.. ini pengalaman yang luar biasa kudapati di sini.

     Banyak pembelajaran yang bisa kuambil disini. Aku belajar dari orang tua murid, dari murid itu sendiri, dari teman-teman guru di Mutiara Hati. Terkadang tidak percaya, dulu Aku yang tidak suka menjadi guru, karena keinginan dan doa mamaku, akhirnya Allah memberikan Aku jalan untuk menjadi seorang guru. Belajar, belajar, belajar, dan akan terus belajar. Karena seorang guru tidak akan lelah untuk belajar apapun, darimanapun dan dimanapun berada. Rencana dan keinginan manusia tidak bisa sama dengan rencana dan keinginan Allah sang  Maha Khalik. Dengan caraNya, dengan mengabulkan doa mamaku, akhirnya Aku  menjadi guru sampai saat ini. Guru untuk anak-anakku, guru untuk muridku, dan guru untuk diriku sendiri. 

Luar biasa doa seorang ibu. Masya Allah dengan skenario yang Allah berikan dalam kehidupanku. Tak henti-hentinya hati ini selalu bersyukur, dengan segala nikmat yang Allah berikan kepadaku, anak-anakku, suamiku, dan orang tuaku. Semoga Aku menjadi orang yang tak pernah mengeluh dengan kehidupan yang sudah Allah berikan untukku, semoga Aku menjadi pribadi yang lebih baik lagi, menjadi umat Nabi Muhammad yang selalu mengikuti perintah dan menjauhi laranganNya, yang senantiasa tawadhu terhadap apapun. Maha besar Engkau Ya Rabb, sudah membuat skenario indah tentang hidupku. Allahu Akbar.

Share This Article :

TAMBAHKAN KOMENTAR

7836435257213270658